Senin, 18 Maret 2019

KONSEP PENGUATAN AKHLAK DI ERA DIGITAL


Era digital adalah istilah yang digunakan dalam kemunculan digital jaringan internet khususnya teknologi informasi komputer. Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat ke arah serba digital. Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas. Tetapi disayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki perlindungan dan mengontrol anak-anak dan remaja khususnya.
Masa remaja adalah masa yang penuh emosi secara psikologis, ditandai dengan kondisi jiwa yang labil, tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak. Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini merupakan salah satu akibat dari memasuki era digital, dimana perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang tidak diimbangi dengan kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja. Lalu bagaimana caranya agar akhlak bisa tetap kuat dan tidak tergradasi di era digital? Berikut ini akan dijelaskan ide-ide penguatan akhlak di era digital.

1)        Akhlak Pribadi

 Akhlak harus ditanamkan pada diri setiap manusia sejak dini dan dipertahankan hingga ajal menjemput. Tetapi akhlak manusia di dunia pada saat era digital ini sudah mulai hilang dalam diri manusia. Akhlak mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan, dan benci kepada kejahatan.
Berikut ini adalah beberapa konsep penguatan akhlak pribadi :
a.        Shiddiq
Shiddiq (ash-shidqu) yang artinya berkata benar atau jujur, merupakan salah satu bentuk akhlak yang perlu dikuatkan di era digital. Kita sebagai orang muslim dituntut untuk berkata benar atau jujur dan tidak ada kemunafikan. Contoh implementasi dari sifat shiddiq adalah sebagai berikut :
·      Berkata jujur dalam keadaan apapun dan dengan siapapun.
·     Benar dalam pergaulan, artinya sebagai seorang muslim kita harus berbuat baik kepada orang lain.
·   Apabila berjanji dengan seseorang, kita tidak boleh mengingkarinya karena jika kita ingkar janji maka kita termasuk orang yang munafik.
·      Tidak menggunjing orang lain.
·      Tidak menyebarkan berita palsu (fitnah) kepada orang lain.
·      Tidak melakukan ghibah (gosip) dengan orang lain.


a.        Amanah
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan. Jika orang tersebut tidak menjalankan amanah, berarti orang tersebut bukanlah orang yang beriman karena sudah melalaikan kepercayaan. Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Mu’minun ayat 8 :
Artinya : “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Q.S. Al-Mu’minun : 8)
Bentuk-bentuk amanah yang dapat diterapkan dalam penguatan akhlak adalah sebagai  berikut :
·      Memelihara titipan dari orang lain dan mengembalikannya secara utuh.
·      Menjaga rahasia, baik rahasia pribadi, keluarga, maupun rahasia lainnya.
·  Tidak menyalahgunakan jabatan untuk bertindak secara sewenang-wenang karena jabatan merupakan amanah.
·    Menunaikan semua kewajiban yang diberikan Allah dengan baik, seperti shalat tepat waktu, berpuasa, membayar zakat, dan lain-lain.

b.        Istiqomah
 Akhlak istiqomah berarti bersikap teguh pendirian dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam ujian. Orang yang istiqomah tercermin dalam perkataan dan perbuatannya. Orang yang istiqomah tidak akan pernah putus asa terhadap berbagai macam ujian. Orang yang istiqomah akan mendapatkan lindungan dari Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan di dunia. Berikut ini adalah beberapa implementasi penguatan akhlak istiqomah :
·   Selalu menjalankan perintah Allah swt. seperti shalat 5 waktu, berpuasa, membayar zakat, bersedekah, menyantuni anak yatim, dan lain-lain.
·      Senantiasa sabar dalam menghadapi ujian dari Allah swt.
·     Tidak mudah goyah (terpengaruh) oleh ajakan-ajakan orang lain yang dilarang oleh Allah swt. seperti mencuri, membunuh, minum-minuman keras, dan lain-lain.

 c.         Tawadhu
 Tawadhu adalah sikap merendahkan hati. Tawadhu adalah sikap dimana kita tidak memandang diri kita selalu berada di atas semua orang. Lawan dari sifat tawadhu adalah takabur, yaitu sifat dimana kita merasa selalu berada di atas orang lain dan sifat ini merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah swt. Orang yang bertawadhu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. dan mendapatkan kasih sayang-Nya.
Berikut ini adalah cara-cara penguatan akhlak tawadhu :
·      Tidak sombong (takabur) dengan menampakkan diri seolah-olah berada di status teratas.
·      Bergaul dengan orang-orang yang baik, ramah, dan rendah hati.
·    Mau berbaur dengan orang-orang fakir miskin, orang-orang cacat fisik, kaum dhu’afa, anak yatim dan piatu, dan lain-lain.
·  Berpakaian secara sederhana dan tidak menunjukkan kekayaan secara berlebihan, seperti menggunakan perhiasan yang banyak dengan niat untuk menyombongkan diri.

d.        Malu
Malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan perbuatan yang rendah akan merasa resah, gugup, dan bersalah. Rasa malu adalah sumber utama kebaikan dan unsur kemuliaan dalam setiap pekerjaan. Berikut ini adalah bentuk-bentuk penguatan akhlak dari rasa malu yang dimiliki seseorang :
·    Malu kepada Allah swt. apabila meninggalkan perintah-Nya dan melakukan hal yang dilarang-Nya.
·     Malu kepada diri sendiri karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu melakukan hal-hal yang tidak baik.
·     Malu kepada orang lain karena telah berbuat sesuatu yang telah merugikan orang lain.

e.         Sabar
 Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai dan mengharap ridho Allah swt. Hal-hal yang tidak disukai tersebut adalah berupa ujian-ujian dari Allah swt. seperti musibah, kematian, sakit, dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa implementasi penguatan akhlak sabar :
·    Sabar menerima cobaan hidup, baik fisik maupun non fisik yang menimpa kita, seperti sakit,  kematian, kemiskinan (keterbatasan ekonomi), dan lain-lain.
·      Senantiasa berlapang dada dalam menjalani ujian dari Allah swt.
·      Sabar dari keinginan hawa nafsu untuk kesenangan dan kemegahan dunia.
·      Sabar dalam taat kepada perintah Allah swt. terutama dalam hal beribadah.
·      Sabar dalam berdakwah.

f.          Pemaaf
 Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap orang lain yang telah melakukan kesalahan kepada kita. Sikap memberi maaf jauh lebih mulia dari sikap meminta maaf. Orang yang memberi maaf biasanya didasari adanya kesalahan yang diperbuat orang lain terhadapnya kemudian dengan ikhlas dan rendah hati dimaafkan kesalahan orang itu. Berikut ini implementasi penguatan akhlak dari sifat pemaaf :
·      Berlapang dada dalam menyikapi kesalahan orang lain.
·      Tidak memperbesar kesalahan orang lain dan senantiasa ikhlas memaafkan.
·      Tidak memutuskan tali silaturahmi dengan orang yang telah berbuat salah dengan kita.

1)        Akhlak dalam Keluarga

Akhlak yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan membawa dampak besar dimasa dewasanya karena nilai-nilai akhlak yang diberikan tercerminkan dalam perilaku. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri anak-anaknya. Orang tua adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan balasan apa yang akan diterimanya.
Berikut ini adalah contoh implementasi penguatan akhlak dalam keluarga :
·      Tanggung jawab orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik agar terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk.
·      Tidak menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka.
·      Bersikap mulia terhadap kedua orang tua dengan cara membantu orang tua di rumah, dan lain-lain.
·      Berterima kasih kepada orang tua yang telah memberikan kenikmatan dan kebaikan  yang tidak mungkin bisa dibalas.
·      Memuliakan ibu yang telah mengandung kita selama 9 bulan dengan penuh kasih sayang dan mengingat segala jasa-jasanya.
·      Berbuat baik kepada kedua oarang tua dalam keadaan apapun.
·      Tidak menyinggung atau menyakiti perasaan kedua oarang tua dengan kata-kata yang kasar.
·      Berkata halus dan mulia kepada kedua orang tua.
·      Berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah meninggal dunia, seperti mendo’akannya selalu dan meminta ampunan untuk kedua orang tua.
Firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Luqman ayat 14 :
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Al-Luqman : 14).

 2)        Akhlak dalam Bermasyarakat
 Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari bersosialisasi dengan orang lain karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Berikut adalah contoh implementasi penguatan akhlak dalam bermasyarakat :
·      Bersilaturahmi dengan mengunjungi sanak saudara, kerabat dan teman-teman kita.
·      Mengucapkan salam ketika hendak bertamu di rumah orang lain.
·      Menghormati jamuan makanan/minuman yang diberikan oleh tuan rumah ketika bertamu.
·      Menyapa kerabat atau teman kita ketika bertemu di jalan atau suatu tempat.
·      Menolong kerabat atau teman kita yang sedang kesusahan tertimpa musibah.
·      Melakukan takziah apabila ada tetangga atau pun kerabat yang berduka.
·      Menjenguk sanak saudara, tetangga atau kerabat yang sedang sakit.
·      Toleransi beragama antar tetangga atau kerabat.

Firman Allah swt. dalam Q.S. An-Nisa ayat 36 :
Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa : 36)

3)        Akhlak dalam Beragama
 Peran akhlak sangat mempengaruhi semua aspek dalam beragama. Ibadah apapun yang dilakukan maka harus didasari dengan akhlak, tanpa ada akhlak dalam ibadah, maka tidak akan merasakan dampak yang positif dari ibadah yang dilakukan. Firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 45 :
Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut : 45).
Shalat yang mampu mencegah dari keji dan mungkar adalah yang dilakukan dengan didasari akhlak. Diantara akhlak-akhlak dalam beragama adalah:    
·      Memahami makna-makna shalat.
·    Khusyu' dan tawadhu dalam beragama (shalat, mengaji atau tadarus Al-Qur’an, dan lain-lain). 
·      Yakin akan kebesaran Tuhan.
·      Berinfaq baik ketika waktu lapang maupun sempit.
·      Menegakkan shalat 5 waktu.
·      Bertawakal kepada Allah swt.
·      Mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
·      Menunaikan puasa dan zakat.