Era digital adalah
istilah yang digunakan dalam kemunculan digital jaringan internet khususnya
teknologi informasi komputer. Perkembangan dunia teknologi saat ini makin pesat
ke arah serba digital. Era digital telah membuat manusia memasuki gaya hidup
baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Semakin
canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia.
Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui
banyak cara serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan
bebas. Tetapi disayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin
banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus
memiliki perlindungan dan mengontrol anak-anak dan remaja khususnya.
Masa remaja adalah masa
yang penuh emosi secara psikologis, ditandai dengan kondisi jiwa yang labil,
tidak menentu dan biasanya susah mengendalikan diri sehingga pengaruh-pengaruh
negatif seperti perilaku-perilaku menyimpang akibat dari pergeseran nilai mudah
mempengaruhi jiwa remaja dan menimbulkan gejala baru berupa krisis akhlak.
Krisis akhlak yang melanda sebagian remaja saat ini merupakan salah satu akibat
dari memasuki era digital, dimana perkembangan global dan kemajuan IPTEK yang
tidak diimbangi dengan kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung
lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin
dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, serta perilaku yang menyimpang
lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja. Lalu bagaimana caranya
agar akhlak bisa tetap kuat dan tidak tergradasi di era digital? Berikut ini
akan dijelaskan ide-ide penguatan akhlak di era digital.
1)
Akhlak Pribadi
Akhlak harus ditanamkan pada diri setiap manusia sejak dini dan
dipertahankan hingga ajal menjemput. Tetapi akhlak manusia di dunia pada saat
era digital ini sudah mulai hilang dalam diri manusia. Akhlak mulia adalah
satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan manusia yang berhati
bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas, cinta kepada kebaikan, dan
benci kepada kejahatan.
Berikut ini adalah beberapa konsep penguatan akhlak pribadi :
a.
Shiddiq
Shiddiq (ash-shidqu) yang artinya berkata benar atau jujur, merupakan salah
satu bentuk akhlak yang perlu dikuatkan di era digital. Kita sebagai orang
muslim dituntut untuk berkata benar atau jujur dan tidak ada kemunafikan.
Contoh implementasi dari sifat shiddiq adalah sebagai berikut :
·
Berkata jujur dalam
keadaan apapun dan dengan siapapun.
· Benar dalam pergaulan,
artinya sebagai seorang muslim kita harus berbuat baik kepada orang lain.
· Apabila berjanji dengan
seseorang, kita tidak boleh mengingkarinya karena jika kita ingkar janji maka
kita termasuk orang yang munafik.
·
Tidak menggunjing orang
lain.
·
Tidak menyebarkan berita
palsu (fitnah) kepada orang lain.
·
Tidak melakukan ghibah
(gosip) dengan orang lain.
a.
Amanah
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk
dilaksanakan. Jika orang tersebut tidak menjalankan amanah, berarti orang
tersebut bukanlah orang yang beriman karena sudah melalaikan kepercayaan. Allah
swt. berfirman dalam Q.S. Al-Mu’minun ayat 8 :
Artinya : “Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Q.S. Al-Mu’minun : 8)
Bentuk-bentuk amanah
yang dapat diterapkan dalam penguatan akhlak adalah sebagai berikut :
·
Memelihara titipan dari
orang lain dan mengembalikannya secara utuh.
·
Menjaga rahasia, baik
rahasia pribadi, keluarga, maupun rahasia lainnya.
· Tidak menyalahgunakan jabatan
untuk bertindak secara sewenang-wenang karena jabatan merupakan amanah.
· Menunaikan semua
kewajiban yang diberikan Allah dengan baik, seperti shalat tepat waktu,
berpuasa, membayar zakat, dan lain-lain.
b.
Istiqomah
Akhlak istiqomah berarti bersikap teguh pendirian dalam mempertahankan
keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam ujian. Orang yang
istiqomah tercermin dalam perkataan dan perbuatannya. Orang yang istiqomah
tidak akan pernah putus asa terhadap berbagai macam ujian. Orang yang istiqomah
akan mendapatkan lindungan dari Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan
dalam kehidupan di dunia. Berikut ini adalah beberapa implementasi penguatan
akhlak istiqomah :
· Selalu menjalankan
perintah Allah swt. seperti shalat 5 waktu, berpuasa, membayar zakat,
bersedekah, menyantuni anak yatim, dan lain-lain.
·
Senantiasa sabar dalam
menghadapi ujian dari Allah swt.
· Tidak mudah goyah
(terpengaruh) oleh ajakan-ajakan orang lain yang dilarang oleh Allah swt.
seperti mencuri, membunuh, minum-minuman keras, dan lain-lain.
c.
Tawadhu
Tawadhu adalah sikap merendahkan hati. Tawadhu adalah sikap dimana kita
tidak memandang diri kita selalu berada di atas semua orang. Lawan dari sifat
tawadhu adalah takabur, yaitu sifat dimana kita merasa selalu berada di atas
orang lain dan sifat ini merupakan sifat yang sangat dibenci oleh Allah swt.
Orang yang bertawadhu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. dan
mendapatkan kasih sayang-Nya.
Berikut ini adalah cara-cara penguatan akhlak tawadhu :
·
Tidak sombong (takabur)
dengan menampakkan diri seolah-olah berada di status teratas.
·
Bergaul dengan
orang-orang yang baik, ramah, dan rendah hati.
· Mau berbaur dengan
orang-orang fakir miskin, orang-orang cacat fisik, kaum dhu’afa, anak yatim dan
piatu, dan lain-lain.
· Berpakaian secara
sederhana dan tidak menunjukkan kekayaan secara berlebihan, seperti menggunakan
perhiasan yang banyak dengan niat untuk menyombongkan diri.
d.
Malu
Malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan
sesuatu yang tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan
perbuatan yang rendah akan merasa resah, gugup, dan bersalah. Rasa malu adalah
sumber utama kebaikan dan unsur kemuliaan dalam setiap pekerjaan. Berikut ini
adalah bentuk-bentuk penguatan akhlak dari rasa malu yang dimiliki seseorang :
· Malu kepada Allah swt.
apabila meninggalkan perintah-Nya dan melakukan hal yang dilarang-Nya.
· Malu kepada diri sendiri
karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsu melakukan hal-hal yang tidak baik.
· Malu kepada orang lain
karena telah berbuat sesuatu yang telah merugikan orang lain.
e.
Sabar
Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai dan
mengharap ridho Allah swt. Hal-hal yang tidak disukai tersebut adalah berupa
ujian-ujian dari Allah swt. seperti musibah, kematian, sakit, dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa implementasi penguatan akhlak sabar :
· Sabar menerima cobaan
hidup, baik fisik maupun non fisik yang menimpa kita, seperti sakit, kematian,
kemiskinan (keterbatasan ekonomi), dan lain-lain.
·
Senantiasa berlapang
dada dalam menjalani ujian dari Allah swt.
·
Sabar dari keinginan
hawa nafsu untuk kesenangan dan kemegahan dunia.
·
Sabar dalam taat kepada
perintah Allah swt. terutama dalam hal beribadah.
·
Sabar dalam berdakwah.
f.
Pemaaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap orang lain yang telah
melakukan kesalahan kepada kita. Sikap memberi maaf jauh lebih mulia dari sikap
meminta maaf. Orang yang memberi maaf biasanya didasari adanya kesalahan yang
diperbuat orang lain terhadapnya kemudian dengan ikhlas dan rendah hati
dimaafkan kesalahan orang itu. Berikut ini implementasi penguatan akhlak dari
sifat pemaaf :
·
Berlapang dada dalam
menyikapi kesalahan orang lain.
·
Tidak memperbesar
kesalahan orang lain dan senantiasa ikhlas memaafkan.
·
Tidak memutuskan tali
silaturahmi dengan orang yang telah berbuat salah dengan kita.
1)
Akhlak dalam Keluarga
Akhlak yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan membawa
dampak besar dimasa dewasanya karena nilai-nilai akhlak yang diberikan
tercerminkan dalam perilaku. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih
payah mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri anak-anaknya. Orang tua
adalah orang-orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan
balasan apa yang akan diterimanya.
Berikut ini adalah contoh implementasi penguatan akhlak dalam keluarga :
·
Tanggung jawab orang tua
untuk mengarahkan anak-anaknya memasuki lingkungan sosial yang baik agar
terhindar dari pengaruh lingkungan yang buruk.
·
Tidak menghardik kedua
orang tua dan berbuat buruk kepada mereka.
·
Bersikap mulia terhadap
kedua orang tua dengan cara membantu orang tua di rumah, dan lain-lain.
·
Berterima kasih kepada
orang tua yang telah memberikan kenikmatan dan kebaikan yang tidak mungkin bisa dibalas.
·
Memuliakan ibu yang
telah mengandung kita selama 9 bulan dengan penuh kasih sayang dan mengingat
segala jasa-jasanya.
·
Berbuat baik kepada
kedua oarang tua dalam keadaan apapun.
·
Tidak menyinggung atau
menyakiti perasaan kedua oarang tua dengan kata-kata yang kasar.
·
Berkata halus dan mulia
kepada kedua orang tua.
·
Berbuat baik kepada
kedua orang tua yang sudah meninggal dunia, seperti mendo’akannya selalu dan
meminta ampunan untuk kedua orang tua.
Firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Luqman ayat 14 :
Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Al-Luqman :
14).
2)
Akhlak dalam Bermasyarakat
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari bersosialisasi
dengan orang lain karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Berikut adalah contoh implementasi
penguatan akhlak dalam bermasyarakat :
·
Bersilaturahmi dengan
mengunjungi sanak saudara, kerabat dan teman-teman kita.
·
Mengucapkan salam ketika
hendak bertamu di rumah orang lain.
·
Menghormati jamuan makanan/minuman
yang diberikan oleh tuan rumah ketika bertamu.
·
Menyapa kerabat atau
teman kita ketika bertemu di jalan atau suatu tempat.
·
Menolong kerabat atau
teman kita yang sedang kesusahan tertimpa musibah.
·
Melakukan takziah
apabila ada tetangga atau pun kerabat yang berduka.
·
Menjenguk sanak saudara,
tetangga atau kerabat yang sedang sakit.
·
Toleransi beragama antar
tetangga atau kerabat.
Firman Allah swt. dalam Q.S. An-Nisa ayat
36 :
Artinya : “Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa : 36)
3)
Akhlak dalam
Beragama
Peran
akhlak sangat mempengaruhi semua aspek dalam beragama. Ibadah apapun yang
dilakukan maka harus didasari dengan akhlak, tanpa ada akhlak dalam ibadah,
maka tidak akan merasakan dampak yang positif dari ibadah yang dilakukan.
Firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Ankabut ayat 45 :
Artinya : “Bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.
Al-Ankabut : 45).
Shalat
yang mampu mencegah dari keji dan mungkar adalah yang dilakukan dengan didasari
akhlak. Diantara akhlak-akhlak dalam beragama adalah:
· Memahami
makna-makna shalat.
· Khusyu'
dan tawadhu dalam beragama (shalat, mengaji atau tadarus Al-Qur’an, dan
lain-lain).
· Yakin
akan kebesaran Tuhan.
· Berinfaq
baik ketika waktu lapang maupun sempit.
· Menegakkan
shalat 5 waktu.
· Bertawakal
kepada Allah swt.
· Mengamalkan
ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
· Menunaikan
puasa dan zakat.